
Jakarta, Rp1news – Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin menegaskan Indonesia ingin terus mempromosikan kerukunan antar-umat beragama sebagai fondasi yang menyangga perdamaian dan stabilitas dunia.
“Di tengah berbagai tantangan global yang harus dihadapi, dunia membutuhkan persatuan, bukan perpecahan, saling pengertian, bukan kebencian,” kata Wapres.
Itu dikatakan Wapres saat memberikan kuliah umum di Hunter Council Chambers, Victoria University of Wellington, Wellington, Selandia Baru, Rabu (28/02/2024).
Sebab itu, dalam kuliah umum tersebut, Wapres mengajak untuk memperkuat kerja sama dan promosikan dialog lintas-iman untuk memupuk persatuan dan saling pengertian.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, Indonesia memiliki potensi konflik yang cukup besar. Terlebih, terdapat 6 agama yang diakui di Indonesia.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki sekitar 1300 suku, dan 718 bahasa daerah. Apabila tidak dijaga dengan baik, keberagaman di Indonesia ini dapat menimbulkan perpecahan.
Wapres menjabarkan kunci keberhasilan Indonesia dalam merawat perdamaian di tengah keberagaman. Kunci pertama dari keberhasilan tersebut adalah tradisi dialog lintas-iman yang telah melembaga dan mengakar kuat di masyarakat.
Ia juga menuturkan bahwa keberadaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), yang anggotanya terdiri dari majelis-majelis agama yang ada di Indonesia, dapat mencegah terjadinya konflik berlatar belakang agama, sekaligus solusi jika terjadi perselisihan internal dan lintas umat beragama.
“Pemerintah Indonesia juga memperkuat regulasi tentang kehidupan bangsa yang rukun dan damai, serta melakukan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang melakukan pelanggaran atas nama agama,” imbuhnya.
Kunci yang kedua adalah landasan bernegara Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan dan harmoni. Wapres mengungkapkan bahwa nilai-nilai tersebut tertuang dalam ideologi Pancasila, Konstitusi 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi kesepakatan para pendiri bangsa Indonesia.
“Sementara dari sisi kebijakan, tidak boleh ada regulasi yang diskriminatif berbasis agama di semua bidang, baik itu politik, ekonomi, hukum, budaya, maupun bidang-bidang lainnya,” ungkapnya.
Kunci yang ketiga, adalah peran pemuka agama dan masyarakat sipil yang kuat. Wapres menekankan, kehidupan warga dan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama, sehingga peran pemuka agama memiliki pengaruh cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Wapres pun mengajak pemuka agama Indonesia dan Selandia Baru untuk saling tukar pandang dan pengalaman, dalam merumuskan dan menyuarakan solusi damai atas berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia.
Mendampingi Wapres dalam kuliah umum tersebut, Duta Besar RI untuk Selandia Baru Fientje Maritje Suebu, Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Direktur Jenderal Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani, Anggota DPR RI Ahmad Helmy Faishal, Deputi Bidang Administrasi Setwapres Sapto Harjono, Staf Khusus Wapres M.Nasir dan Masduki Baidlowi, serta Tim Ahli Wapres Johan Tedja Surya, Farhat Brachma, dan Iggi Haruman Achsien. (@)