
Opini oleh tOir
KLAIM keberhasilan meraih kedudukan politis di NKRI sebagai bentuk kemenangan pribumi adalah teknik komunikasi atau pernyataan politik kampungan.
Mengingatkan saya semasa kecil di kampung halaman, sudut desa Kabupaten Cirebon. Saudara perempuan dilirik pemuda Batak marga Harahap, berpendidikan sarjana.
Yang bersangkutan sowan ke rumah – pedekate kepada orangtua kami. Sepulangnya, keluarga kami kecuali ayah, nyaris kompak mutuskan NO!
Banyak alasan antara lain yang bersangkutan dipersepsikan dari golongan keturunan ‘pemangsa manusia’. Anjing pun termasuk mereka santap.
Sikap serupa itu tercermin pula dalam ke seharian di lingkungan desa kami.
Ketika ada anjing, diuber, dibunuh dan dibuang ke parit. Alasannya, najis mughalladah.
REKTOR BATAK
Menginjak remaja lulus SMA, meninggalkan desa ke Jakarta menelusuri tanda-tanda kehidupan yang menjanjikan demi masa depan.
Singkat kata, saya siang-malam sekitar 3 tahun bermukim di kampus sekaligus menuntut ilmu gratis komunikasi.
Bukan hanya rektor yang berdarah Batak tulen, tetapi hampir 80 persen tata laksana pendidikan mulai dari bersih-bersih WC hingga ruang kuliah dan kesekretariatan dikelola bersama kolega bermarga Batak.
Teman kuliah dan lainnya juga banyak dari suku Batak, selain Jawa, Aceh, Minang, Cina, Arab, Dayak, Papua, Manado dsb.
Interaksi sosial ala perguruan tinggi mengikis sudut pandang rasis.
Menguatkan pemahaman bahwa hakekat kita sama saja, sebagai dampak melakoni profesi yang hingga kini saya jalani.
PEMRED BATAK
Pemred media kala itu berdarah Batak. Sehari-hari di internal kantor ksmi maupun lapangan hingga sekarang banyak gaul dengan beliau berdarah Batak. Satupun tak ada yang melahap manusia.
Tetangga tempat tinggal banyak berdarah Batak. Pelihara anjing pula yang acap kali menggonggong.
CINA PENYOKONG
Terhadap etnis Cina, sama dengan kita yaitu manusia.
Bahkan, dalam sejarah NKRI ada yang menyokong pergerakan kemerdekaan. Memberi peluang propertinya di Jl. Kramat Raya kepada kalangan tokoh pemuda untuk markas perjuangan hingga ikrar berkumandang sedunia yaitu Sumpah Pemuda 1928.
Rakyat NKRI adalah kita yang ditetapkan di dalam UUD 1945.
Klaim sukses jabatan politis sebagai bentuk kemenangan pribumi adalah pernyataan POLITIK KAMPUNGAN!
Demi kebersamaan menjalin interaksi positif, meraih kehidupan yang berkeadilan dan kesejahteraan sosial, kita sangat berharap anti-sikap rasis dalam aktivitas apapun. Terkandung maksud saat perhelatan pilkada.*