0 3 min 1 week

JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendesak pemerintah membuka peluang bagi industri nasional mengimpor gas bumi. Langkah ini dinilai penting guna mengatasi minimnya pasokan gas domestik. Saat ini baru sekitar 60% dari kebutuhan.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Saleh Husin, dalam siaran pers terkait diskusi bertajuk, “Keberlanjutan Gas Bumi untuk Industri Nasional: Sinergi Kebijakan, Pasokan, dan Daya Saing” di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (7/10/2025). Diskusi dipandu Aviliani menampilkan ⁠Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Laode Sulaeman, ⁠Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, ⁠Ketua Komisi VII DPR RI Saleh P. Daulay, dan lainnya.

Gas bumi merupakan komponen penting dalam proses industri pengolahan, pupuk, baja, semen, farmasi, keramik, tekstil, hingga makanan dan minuman. Kekurangan pasokan berpotensi menekan daya saing dan kapasitas produksi industri dalam negeri.

Kadin menilai, impor gas bisa menjadi solusi sementara, sambil menunggu eksplorasi gas nasional pada 2026–2028 mulai berproduksi. Membuka akses impor, harga gas bagi industri dapat lebih kompetitif. Kapasitas produksi meningkat, dan daya saing ekspor produk manufaktur Indonesia terjaga.

“Setelah suplai dalam negeri mencukupi, impor bisa dihentikan,” kata Saleh.

Kadin juga menyoroti ketimpangan antara lingkup produksi dan konsumsi gas. Pasokan berlebih banyak terdapat di Jawa bagian timur. Permintaan tertinggi ada di Jawa bagian barat. Ketidakseimbangan ini menyebabkan inefisiensi distribusi dan biaya logistik tinggi.

Agar kebijakan impor gas berjalan efektif dan tidak menimbulkan distorsi, Kadin juga meminta pemerintah menyiapkan payung hukum dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) yang menjamin kepastian pasokan dan distribusi gas bagi industri.

KEHILANGAN DAYA SAING

Saleh mengingatkan, harga gas yang terlalu tinggi dapat membuat industri nasional kehilangan daya saing. Banyak pelaku industri berisiko menutup operasi atau memindahkan pabrik ke negara tetangga yang menawarkan harga energi lebih murah.

“Kalau harga gas terlalu tinggi, bisa-bisa beberapa industri lari ke negara tetangga yang energinya lebih kompetitif,” ujarnya, “Akan memicu lonjakan impor produk jadi, mengancam industri dalam negeri, serta menurunkan kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.”

Kadin menegaskan bahwa keberlanjutan pasokan energi, termasuk gas bumi, menjadi kunci demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8%, sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

“Untuk tumbuh 8%, industri harus tumbuh lebih dulu. Tanpa industri yang kuat, ekonomi tidak akan mencapai target itu,” tegas Saleh. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *